Khubaib bin ‘Adi: Syahid yang Menyalakan Sunnah dari Tiang Gantungan

15 - Oct - 2025, 12:17

Ilustrasi sosok Khubaib yang pertama kali menyalakan tiang Sunnah (pixabay)

JATIMTIMES - Dalam sejarah Islam, ada satu nama yang bergema dengan keteguhan iman luar biasa: Khubaib bin ‘Adi radhiyallahu’anhu. Ia bukan sekadar sahabat Nabi, tetapi simbol keberanian yang lahir di bawah bayang kematian. 

Di hadapan tiang gantungan, justru ia menyalakan sunnah yang kini diikuti jutaan muslim di seluruh dunia, shalat dua rakaat sebelum mati syahid.

Baca Juga : Qatar dan Arab Saudi Pastikan Tiket ke Piala Dunia 2026, UEA & Irak Lanjut ke Babak Berikutnya

Kisah ini terekam dalam banyak riwayat, di antaranya melalui penuturan Abu Hurairah. Dikisahkan, Rasulullah SAW pernah mengutus sepuluh sahabat dalam satu misi penting yang dipimpin ‘Ashim bin Tsabit al-Anshari. Mereka bergerak hingga ke kawasan al-Hadah, di antara ‘Asafan dan Makkah. Namun kabar kedatangan pasukan kecil itu sampai ke telinga Bani Lihyan, salah satu kabilah dari Hudzail. 

Sekitar seratus pemanah bersenjata segera memburu mereka. Dari sisa bekal kurma yang tertinggal di jejak perjalanan, para musuh tahu bahwa itu kurma dari Yatsrib-Madinah. Maka pengejaran pun dimulai.

Ketika ‘Ashim dan pasukannya sadar mereka diikuti, mereka berhenti di satu titik pertahanan. Pihak musuh mengepung dan menawarkan keselamatan dengan janji: “Turunlah, kami tidak akan membunuh kalian.” Namun sang pemimpin, ‘Ashim, tegas menolak. “Aku tidak akan berlindung kepada orang kafir. Ya Allah, sampaikan berita kami kepada Nabi-Mu.” Panah-panah kemudian melesat deras. Beberapa sahabat gugur di tempat.

Dari sepuluh sahabat itu, hanya tiga yang menyerah tanpa perlawanan: Khubaib bin ‘Adi, Zaid bin ad-Datsinah, dan satu orang lainnya. Tapi, salah seorang dari mereka akhirnya menolak untuk ikut dibawa dan memilih mati di tempat. Dua nama yang tersisa, Khubaib dan Zaid, kemudian dijual setelah Perang Badar. Khubaib dibeli oleh Bani al-Harits bin ‘Amir bin Naufal, karena ia pernah membunuh salah satu anggota keluarga mereka dalam peperangan. Sejak saat itu, Khubaib menjadi tawanan di rumah musuhnya sendiri.

Namun anehnya, ketakutan tak pernah singgah di wajahnya. Seorang perempuan dari keluarga al-Harits yang menahannya bahkan bersaksi, “Demi Allah, aku tak pernah melihat tawanan sebaik dia.” Suatu ketika, Khubaib meminjam sebilah pisau cukur dari perempuan itu. Saat ia memegang pisau, anak kecil perempuan tersebut berlari dan duduk di pangkuannya. Sang ibu panik, takut Khubaib melukai anaknya. Tapi Khubaib hanya tersenyum dan berkata tenang, “Apakah kau mengira aku akan membunuhnya? Aku tidak akan pernah melakukan itu.” Kisah itu kemudian menjadi bukti: bahkan dalam belenggu, akhlaknya tetap memantulkan cahaya Islam.

Hari-hari berikutnya semakin ajaib. Dalam kesaksiannya, perempuan itu menceritakan bahwa suatu siang ia melihat Khubaib memegang setangkai anggur segar, padahal saat itu di Makkah tak ada buah sedikit pun yang tumbuh. “Itu adalah rezeki yang Allah kirimkan untuknya,” ucapnya.

Ketika tiba waktu eksekusi, Khubaib dibawa keluar dari tanah haram. Di hadapan para algojo, ia meminta izin terakhir: “Biarkan aku shalat dua rakaat.” Ia melaksanakan shalat dengan khusyuk. Seusai salam, ia berkata, “Seandainya kalian tidak akan mengira aku takut mati, tentu aku akan menambah rakaatku.” Kemudian, di tengah pandangan musuh, Khubaib menengadah dan berdoa: “Ya Allah, hitunglah mereka satu per satu, binasakan mereka, dan jangan sisakan seorang pun.”

Baca Juga : Atap Tribun Stadion Gelora Penataran Blitar Rontok Diterjang Angin Puting Beliung

Lalu ia bersyair pelan: “Aku tak peduli ketika aku terbunuh sebagai muslim,
di sisi mana tubuhku terjatuh, semuanya untuk Allah. Jika Dia menghendaki, maka berkah ada pada setiap potongan tubuhku.”

Tak lama kemudian, Abu Sirwa’ah ‘Uqbah bin al-Harits menghunus pedang dan menamatkan hidupnya. Di situlah Khubaib gugur, sebagai syahid sekaligus muslim pertama yang menegakkan shalat dua rakaat sebelum dieksekusi.

Menurut penjelasan Ustaz Abdul Somad dalam bukunya 37 Masalah Populer, amalan shalat dua rakaat yang dilakukan Khubaib ini tidak pernah diajarkan langsung oleh Nabi SAW. Rasulullah tak pernah memerintahkan, “Jika kalian akan dibunuh, shalatlah dua rakaat.” Namun, inisiatif itu lahir dari hati Khubaib sendiri, spontan, tulus, dan penuh iman. Setelah kisahnya sampai kepada Rasulullah SAW, beliau pun mengakui dan merestui perbuatan itu. Sejak itulah, shalat dua rakaat sebelum mati syahid diakui sebagai Sunnah Taqririyyah, atau sunnah yang diteguhkan melalui persetujuan Nabi.

Sebelum kematiannya, kaum Quraisy sempat menawarkan keselamatan jika ia mau meninggalkan Islam dan mencela Nabi. Jawaban Khubaib membelah udara: “Andai seluruh isi bumi ini milikku, tak akan kuberikan satu pun untuk menukar imanku kepada Islam.” Subhanallah. Kalimat itu menjadi saksi bahwa di tiang gantungan, iman bisa lebih tegak daripada tubuh manusia. Khubaib bin ‘Adi telah wafat, tapi keberaniannya masih hidup, dalam setiap sujud orang beriman yang menolak tunduk pada ketakutan.