JATIMTIMES – Banyak masyarakat penderita gejala flu atau pilek maupun gangguan pernafasan menganggapnya penyakit biasa dan akan sembuh dengan dibelikan obat-obatan yang dijual di toko-toko, meski gejala flu tersebut berlangsung cukup lama hingga 10 hari lebih.
Terlebih dalam tiga tahun terakhir, terutama saat pandemi Covid-19 melanda dunia khususnya Indonesia pada awal 2019 hingga pertengahan 2022, masyarakat yang mengalami gejala flu enggan untuk berobat di rumah sakit dengan alasan takut ‘dicovidkan’.
Baca Juga : Pasca Pandemi Covid-19, Permintaan Bayi Tabung Semakin Meningkat
Padahal, jika gejala flu yang berlangsung terus menerus lebih dari 10 hari akan berakibat fatal kepada penderitanya. Selain bisa mempengaruhi pada kehidupan si penderita, juga bisa menyebabkan kematian.
Hal ini disampaikan Dr. Puguh Setyo Nugroho Sp.THTBKL dokter spesialis THT dari Unair Surabaya, Sabtu (10/6/2023) saat mengisi seminar dan pelatihan Penatalaksanaan Rinitis Alergi dan Rinosinusitis pada Pelayanan Primer di Jember.
Menurut Puguh, bagi penderita flu atau pilek yang berlangsung cukup lama dengan durasi lebih dari 10 hari secara terus menerus. Atau sering mengalami gejala flu dengan rentang waktu yang berdekatan, seperti dalam 1` bulan sampai 4 kali, maka ada kemungkinan itu bukan flu biasa, tapi bisa jadi gejala terkena radang Sinusitis.
“Jadi jangan dianggap remeh saat kita mengalami gejala flu yang cukup lama. Bisa jadi itu gejala sinusitis, tentu jika sudah masuk kategori ini penanganannya harus serius dan bukan asal-asalan. Sebab jika dibiarkan akan mengganggu indera penciuman kita, tentunya mengganggu kehidupan kita sehari-hari,” ujar Puguh.
Bahkan menurut Puguh, selain mengganggu kehidupan sehari-hari, pasien gejala sinusitis juga bisa meninggal jika tidak mendapat penanganan serius. Di mana virus atau bakteri di rongga sinus bisa menjalar ke organ lainnya, seperti mata, gigi, dan yang paling parah adalah ke otak.
“Kalau sampai virus atau bakteri sinusitis sudah menjalar atau komplikasi, maka tindakannya adalah melakukan operasi. Kalau dibiarkan terus bisa menyerang organ lainnya. Jika sudah sampai pada otak, maka dampaknya bisa mengakibatkan kematian,” jelasnya.
Baca Juga : Bambang Soesatyo Buka Lawatan Obor Paskah Nasional XIX: Jaga Nilai Perdamaian
Puguh juga menjelaskan, sinusitis disebabkan banyak hal, seperti virus, alergi serta adanya peradangan dan pembengkakan pada lapisan sinus di hidung yang menyebabkan munculnya lendir lebih banyak yang akhirnya menyumbat saluran hidung. Sehingga menyebabkan bakteri atau kuman lain cepat berkembang dengan cepat dan akhirnya terjadi infeksi.
“Penyebab utama dari terjadinya sinusitis adalah alergi. Ada alergi rhinitis yang menghambat saluran sinus, polip hidung, infeksi pada saluran pernafasan, kelainan genetik, maupun kondisi medis lainnya, seperti daya tahan tubuh yang lemah,” ujarnya.
Untuk pencegahan agar terhindar dari gejala sinusitis, Puguh menyarankan, sebisa mungkin menghindari infeksi saluran pernafasan dengan meminimalkan kontak dengan orang yang sedang pilek, menjaga kebersihan, dengan sering mencuci tangan dengan sabun, terutama sebelum dan sesudah makan.
“Juga menghindari asap rokok, polusi udara, asap tembakau dan kontaminan udara yang dapat mengiritasi paru-paru dan saluran hidung. Untuk Jember sendiri sebagai kota tembakau, kami masih belum melakukan riset. Namun sejauh ini kami melihat udara di Jember masih diambang batas wajar dan normal,” pungkasnya.