JATIMTIMES - Ekonomi Jawa Timur (Jatim) pada kuartal III 2025 tumbuh 1,7 persen, menjadi yang tertinggi di Pulau Jawa. Kondisi ini mendapatkan apresiasi dari anggota Komisi B DPRD Jatim M. Hadi Setiawan.
Berdasarkan data terbaru yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) per 5 November 2025, secara quarter to quarter (q-to-q) terhadap kuartal II 2025 perekonomian Jatim tumbuh 1,7 persen. Hadi menilai posisi ini sebagai momentum positif yang ikut mendorong akselerasi ekonomi nasional.
Baca Juga : Ombudsman RI Soroti SPPG Kota Batu Belum Kunjung Kantongi SLHS
“Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur lebih besar dari provinsi-provinsi di Jawa dan otomatis membantu pertumbuhan ekonomi nasional. Ini patut diapresiasi,” kata Hadi, Rabu (12/11/2025).
Namun ia mengingatkan bahwa pertumbuhan yang tinggi tersebut belum sepenuhnya dirasakan masyarakat. Salah satu persoalan yang belum terjawab adalah terkait tingginya angka pengangguran.
“Per hari ini dampaknya belum dirasakan secara utuh. Pertumbuhan itu belum menjawab masalah pengangguran di Jawa Timur,” ujar politisi Partai Golkar tersebut.
Hadi memastikan, DPRD Jatim akan terus mengawal kebijakan ekonomi agar manfaat pertumbuhan benar-benar turun ke masyarakat. Ia tak ingin kabar baik pada perekonomian hanya terbatas pada statistik belaka tanpa adanya dampak nyata.
“Kami akan menjaga agar UMKM tetap eksis dan berjaya. Pertumbuhan ekonomi harus dirasakan, bukan hanya ditampilkan dalam angka,” tandasnya.
Lebih lanjut, Hadi menyebut sektor pertanian sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi Jatim. Menurutnya, karakter sektor ini sangat bergantung musim sehingga rawan memengaruhi serapan tenaga kerja.
Baca Juga : Air untuk Daun Emas: Irigasi Tersier DBHCHT Angkat Produktivitas Petani Tembakau Blitar
“Pertanian itu per musim. Kalau musim berubah, serapan tenaga kerja ikut terpengaruh. Maka kebijakan harus memastikan pekerja tetap terserap,” paparnya.
Hadi juga menyoroti pentingnya menjaga stabilitas UMKM sebagai pilar ekonomi rakyat. Ia ingin 'dapur UMKM' terus ngebul, dalam arti roda bisnisnya tetap berjalan mulus.
“UMKM itu usaha dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Dampaknya besar. Kalau UMKM terganggu, kesejahteraan rakyat ikut terganggu,” tegasnya.
