JATIMTIMES- Tadi malam saya mendampingi Mas Emil Dardak (Wakil Gubernur Jatim) menghadiri acara Nuzulul Qur'an di Ponpes Darul Fiqhi, Rejosari, Deket, Lamongan.
Acaranya tentu heboh, karena ada 2 tokok muda Nahdlatul Ulama yang digandrungi kaum milenial. Satunya Mas Emil Dardak yang berkiprah di dunia politik dan kedua Gus Miftah yang berkiprah di duniah dakwah.
Acara tersebut juga dihadiri oleh temen-temen alumni Sarang (Gus Mizan, Gus Miftah Miun, Gus Makmun, dsb) dan Gus Miftah (Miftah Maulana Habiburrahman). Baru bersila di atas panggung saya langsung bisiki Gus Miftah, "Gus, dapat salam dari Pak De saya, Gus Hamid Farouq Jember". Langsung beliau jawab, “salam kangen ke beliau gus. Saya agenda ke Jember tgl 25 malam”. "Siap gus, mengawal," jawab saya.
Dalam ceramahnya, Gus Miftah menceritakan sosok tentang Kiai Yasin Yusuf dari Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar Blitar. Tentunya saya tertarik dengan cerita tersebut, pertama karena saya pernah menulis artikel di media tentang sosok Kiai Yasin Yusuf Blitar, kedua saya mengenal dekat Ibu Nyai Yasin Blitar.
Kiai Yasin Yusuf adalah muballigh kondang di eranya, jauh sebelum ada nama kondang seperti KH. Zainuddin MZ. Gaya pidato dan ceramahnya khas membuat belasan ribu orang setiap Minggu Wage rela berbondong-bondong datang ke Alun-Alun Blitar untuk mendengarkan ceramah dari ulama legendaris ini.
Beliau juga dikenal sebagai muballigh yang penuh keikhlasan berjuang di jalur dakwah dengan tanpa lelah membangun masyarakat Nahdliyin selama masa represi orde baru. Masyarakat banyak mengenalnya sebagai muballigh tanpa amplop, karena setiap diundang untuk ceramah beliau tidak pernah menanyakan bisaroh (honor) dan selalu datang diundang oleh siapapun meski tidak diberi bisaroh.
Yasin Yusuf juga dikenal sebagai sosok yang dermawan, seringkali ketika menerima amplop dari tuan rumah yang mengundangnya beliau hanya mengambil seperlunya dan sisanya biasanya beliau kasihkan kepada tukang becak dan fakir miskin. Saking berpengaruhnya KH. Yasin Yusuf pernah datang utusan dari Presiden Soeharto untuk menawarkan jabatan menjadi angggota DPR RI namun tidak dari Partai NU. Namun tawaran tersebut ditolak oleh KH. Yasin Yusuf, karena beliau sangat cinta kepada NU.
Menurut catatan Gus Dur, dalam setiap perayaan haul Sunan Bonang di Tuban, Kiai Yasin selama puluhan tahun tak pernah absen memberikan ceramah dalam acara tersebut, meski tanpa diundang panitia. Ketika Gus Dur menjabat sebagai Ketua Umum PBNU sekitar 1986, Gus Dur pernah mendatangi undangan pernikahan putri KH. Yasin Yusuf di Kademangan Blitar. Dalam acara tersebut Gus Dur menyampaikan bahwa kontribusi KH. Yasin Yusuf sangat besar untuk NU, dan NU tidak akan mampu membalas jasa-jasa beliau yang bisa dilakukan Gus Dur adalah hanya bisa mendatangi undangan pernikahan putri beliau.
Kembali ke cerita Gus Miftah dan Mbah Kiai Yasin Yusuf. Turun dari panggung, kami menuju ruang transit guna jagongan gayeng bareng Gus Miftah. Dalam jagong gayeng tersebut saya nyeletuk tanya ke Gus Miftah, “Gus saya penasaran sama ceramah jenengan terkait Kiai Yasin Yusuf Blitar,” tanya saya kepada beliau.
"Ngeten Gus, saya itu bersyukur karena dari dulu, hati saya selalu ta'alluq dengan ulama-ulama besar, salah satunya adalah Kiai Yasin Yusuf Blitar, macan panggung Jawa Timur yang sungguh luar biasa," tutur Gus Miftah yang dekat dengan Dedy Corbuzer.
Baca Juga : Diceraikan Suami, Wanita di Blitar Nekad Terjun ke Dalam Sumur
Ternyata, ketika masih berumur 5 tahun, atau sekitar tahun 1986 Gus Miftah diajak ayahnya untuk sowan Kiai Yasin Yusuf Blitar. Turun dari panggung, Kiai Yasin Yusuf tiba-tiba mengelus atau menguyel-nguyel kepala Gus Miftah yang masih berumur 5 tahun. Kemudian Mbah Yasin dawuh, “ngkok anake sampean iki cangkeme dadi, kiai- kiai sepuh podo seneng karo bocah iki, tapi lek sing nanggung-nanggung ora,” begitu dawuh Mbah Yasin.
Qadarullah, ternyata dawuh Mbah Yasin Yusuf menjadi kenyataan. Gus Miftah memiliki kedekatan dengan ulama-ulama sepuh diantaranya Kiai Din Ploso, Kiai Nurul Huda Ploso, Mbah Kiai Dimyati Kendal, Mbah Kiai Maimun Zubair. Bahkan kaitan dengan Mbah Maimun Zubair, Gus Miftah pernah di Video Call langsung Mbah Maimun 3 hari sebelum beliau meninggal dunia, padahal sebelumnya hubungan beliau berdua tidak dekat.
Tak hanya itu, Mbah Dimyati Kendal juga pernah dawuh bahwa belum ada yang mampu menggantikan sosok Kiai Yasin Yusuf Blitar sebagai penggerak Lailatul Ijtima yang dihadiri ribuan ummat. Tentu ini PR bagi kita semua, terkhusus Gus Miftah yang diharapkan mampu meneruskan tradisi Mbah Kiai Yasin Yusuf Blitar dengan rutinan lailatul ijtima.
Mahathir Muhammad
Wakil Sekretaris PW GP Ansor Jawa Timur